Tashwirul Afkar: Anasir Perjuangan Kemerdekaan KH. Abdul Wahab Hasbullah
Sumber: Republika
bendera merah putih berkibar
di tangan-tangan yang bergetar
di kalbu-kalbu yang tak gentar
“hubbul wathan minal iman
cinta tanah air sebagian dari iman”
dedah kiai wahab chasbullah
Potongan syair puisi di atas berjudul Hubbul Wathan Minal Iman: Wahab Hasbullah, karya Raedu Basha dalam buku puisinya Hadrah Kiai. Penggalan puisi di atas sebagai pengantar tulisan ini untuk menengok kembali gelora semangat kemerdekaan KH. Wahab Hasbullah. Hubbul wathan minal iman (mencintai tanah air sebagian dari iman) adalah syair yang dikarang dan didengungkan oleh KH. Wahab Hasbullah untuk menggugah semangat perjuangan kemerdekaan yang saat itu Indonesia masih dalam penjajahan. Beliau lahir di Jombang pada 31 Maret 1888 dan wafat 29 Desember 1971. KH. Wahab Hasbullah adalah pendiri organisasi Nahdlatul Wathan (Kebangkitan Tanah Air) pada tahun 1916, selain itu juga pernah menjadi Panglima Laskar Mujahidin (Hizbullah) ketika melawan penjajah Jepang. Dan kemudian pada tahun 1918 beliau mendirikan Nahdlatut Tujar (Kebangkitan Saudagar) sebagai pusat penggalangan dana bagi perjuangan pengembangan Islam dan kemerdekaan Indonesia. Sebagai ulama dengan keilmuan yang luas dan kiprah organisasi politik yang menyeluruh di semua kalangan, KH Wahab Hasbullah membawa pengaruh yang besar dalam sejarah kemerdekaan Indonesia. Bentuk dari perjuangan beliau bukan hanya melalui bidang politik Nahdlatul Wathan saja, namun juga di bidang pendidikan yang bernama Tashwirul Afkar (Pergolakan Pemikiran). Tashwirul Afkar didirikan pada 1914 di Surabaya sebagai forum diskusi[1] sekaligus kursus debat[2]. Sebuah gerakan yang mempelopori kebebasan berpikir di kalangan umat Islam Indonesia, khususnya di kalangan nahdliyyin. Beliau sadar betul akan pentingnya kebebasan berpikir dalam konteks keberagaman bangsa dan berpendapat sebagai penumbuhan nalar kritis, mencerdaskan umat, memecahkan problem sosial kemasyarakatan dengan analisis keislaman dan tentunya meraih kemerdekaan.
Berdasarkan catatan sejarah, dipahami bahwa tiga organisasi di atas merupakan embrio utama berdirinya Nahdlatul Ulama. Di antara ketiga organisasi tersebut salah satu yang menjadi cikal bakal berdirinya Nahdlatul Ulama adalah Tashwirul Afkar. Dan di forum yang menjadi cikal bakal NU inilah kemudian banyak tokoh Islam dari organisasi lain bertemu dan memanfaatkan kelompok diskusi ini untuk memecahkan masalah-masalah agama yang sedang mereka hadapi. Beberapa tokoh Islam dari organisasi lain tersebut diantaranya adalah Syekh Ahmad Soorkati pendiri perkumpulan al-Irsyad dan KH. Ahmad Dahlan pendiri Muhammadiyah. Para tokoh Islam tersebut biasanya membahas tentang permasalahan agama yang sedang dihadapi pada waktu itu. Pada pelaksanaan kegiatannya, kelompok diskusi tersebut kemudian berkembang pada hal-hal yang berhubungan dengan permasalahan khilafiyah dalam Islam, yakni mengenai mazhab dan ijtihad.
Sebagai langkah awal dalam menjalankan gagasannya tersebut, KH. Wahab Hasbullah bersama KH. Mas Mansur dan KH. Ahmad Dahlan Achyad menetapkan beberapa tujuan dari kelompok diskusi tersebut, antara lain:
1. Membina kontak yang dinamis antara sejumlah tokoh agama dan intelektual dengan mengedepankan berbagai masalah kehidupan dari yang bersifat keagamaan murni sampai pada masalah politik perjuangan untuk mengusir penjajah Belanda.
2. Menyalurkan aspirasi para pemuda dan menghimpunnya dalam suatu ikatan yang potensial, dan diharapkan semangat kebangsaan yang bergelora di hati para pemuda menjadi semakin kuat dan berlandaskan agama.[3]
Dari dua tujuan pokok Tashwirul Afkar, dapat dilihat semangat juang KH. Wahab Hasbullah dalam konteks kemerdekaan bangsa. Selain itu, juga dapat dicermati jangkauan keterlibatan yang ada di “forum diskusi” yang bukan hanya para ulama dan aktivis muda Islam saja, melainkan juga menjadi tempat komunikasi dan tukar informasi antartokoh nasionalis seperti dr. Wahidin Sudirohusodo dan H.O.S Tjokroaminoto. Taswirul Afkar juga turut menjadi jembatan komunikasi bagi generasi muda dan generasi tua. Dalam kegiatan selanjutnya, Taswirul Afkar tidak hanya membahas tentang permasalahan keagamaan saja tetapi kelompok ini menginginkan hal yang lebih, yaitu menggalang para intelektual dan ulama untuk menentang para penjajah kolonial Belanda. Jadi, tidak dipungkiri bentuk semangat juang KH. Wahab Hasbullah yang meliputi bidang politik dan bidang pendidikan di kemudian hari menjadi cikal bakal rumah besar Nahdlatul Ulama dengan segenap kebangkitan ulamanya dalam meraih kemerdekaan. Akhir kata, mari kita hayati kembali syair berikut:
bendera merah putih berkibar
di tangan-tangan yang bergetar
di kalbu-kalbu yang tak gentar
“hubbul wathan minal iman
cinta tanah air sebagian dari iman”
dedah kiai wahab chasbullah
Tabik!
Arif A’abadia
***
[1] Abdul Wahab Hasbullah, Wikipedia.
[2] Dr. H. Sa’dullah Assa’idi, M.Ag., “Merintis Berdirinya NU, Kiai Abdul Wahab Hasbullah Berkhidmah Untuk NU”.
[3] Zuhri, “Almaghfur-lah”, 24-25.
Penulis: Arif A'abadia