Agama

Hadis yang Anjurkan Baca Bismillah Saat Akan Makan dan Minum

Keterangan: jamaah masjid berdoa sebelum menyantap makanan
Keterangan: jamaah masjid berdoa sebelum menyantap makanan

Sumber: Republika

NYANTRI--Makan adalah kebutuhan pokok manusia, sebagaimana juga minum. Sehingga jika tidak makan atau minum akan berakibat fatal, yaitu kematian. Maka manusia diwajibkan untuk makan, kecuali bagi orang-orang tertentu yang sedang menjalani puasa tertentu yang diperbolehkan dalam agama.

Agama Islam adalah agama yang mengajarkan adab, beribadah secara detail, bagaiaman cara kita tidur, apa bacaan yang disunnahkan, cara bepergian, berpakaian serta bagaimana adab makan dan minum. Dalam makan dan minum seseorang tidak boleh melakukannya dengan sembarangan. Riwayat mengatakan jika seseorang yang hendak makan dan minum dianjurkan untuk membaca tasmiyah (membaca lafadz basmalah). Ada beberapa dalil yang menjadi sandaran atas anjuran ini.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Sebagaimana dikutip oleh Imam an-Nawawi dalam kitabnya al-Adzkar serta syarahnya Lawami’ al-Anwar yang dikutip bahwa diriwayatkan dari asy-Syaikhan bahwasanya keduanya meriwayatkan dari Umar bin Abi Salmah, ia berkata:

سم الله، و كل بيمينك

Artinya: Rasulullah berkata kepadaku: Sebutlah nama Allah dan makanlah dengan tangan kananmu.

Hadith tersebut menganjurkan kita untuk mengucapkan nama Allah (tasmiyah) engan lafadz yang telah masyhur adalah bismillahi. JIka ditambah dengan sifat Allah itu lebih baik. Seperti yang telah kita ketahui menggunakan lafadz:

بسم الله الحمن الرحيم

Artinya: Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang

Hadith lain yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dan at-Turmudzi melalui sanad yang bersambung kepada Sayyidah ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, bahwa beliau berkata:

اذا اكل احدكم فليذكر اسم الله تعالى في اوله، فإن نسي أن يذكر اسم الله تعالى في أوله فليقل : باسم الله اوله و اخره

Artinya: Rasulullah bersabda “Ketika salah satu dari kalian makan maka ucapkan nama Allah pada awal permulaan, apabila sedang lupa maka ucapkanlah; bismillahi awwalahu wa aakhirahu.” Imam at-Turmudzi memberikan komentar jika hadith tersebut hasan.

Hadith di atas tidak hanya menganjurkan membaca basmalah pada awal permulaan kita makan, akan tetapi Rasulullah juga menganjurkan seseorang menyebut nama Allah ketika dalam keadaan lupa mengucapkan lafadz Allah di awal. Yaitu dengan lafadz sebagaimana berikut:

باسم الله اوله و اخره

Artinya: Dengan menyebut nama Allah di awal dan akhir makan.

Selain itu, terdapat riwayat jika sebenarnya setan sedang ikut campur dalam kegiatan kita sehari-hari, termasuk ketika kita makan. Apabila seseorang tidak menyebut nama Allah dalam makannya. Sesungguhnya setan berkata kepada kawan atau anak buahnya, “kalian bisa menginap dan makan malam”. Sebailiknya apabila seseorang menyebut nama Allah ketika hendak makan maka setan berucap kepada anak buahnya. “Kalian tidak bisa menginap dan tidak bisa makan malam.” Hal ini sebagaimana diriwayatkan dari oleh Imam Muslim dengan mengambil sanad dari Jabir Radiyallahu ‘anhu, beliau berkata:

قال: سمعت رسول الله صل الله عليه وسلم يقول: اذا دخل الرجل بيته فذكر الله تعالى عند دخوله و عند طعامه، قال الشيطان : لا مبيت لكم لا عشاء، و اذا دخل فلم يذكر الله تعالى عند دخوله قال الشيطان: ادركتم المبيت، واذا لم يذكر الله تعالى عند طعامه، قال أدركتم المبيت و العشاء.

Artinya: Aku mendengar Rasulullah bersabda “Jika seorang lelaki masuk ke dalam rumahnya kemudian menyebut nama Allah ketika masuk rumah dan makan, maka setan ketika itu berkata;” Tidak ada tempat tinggal dan makan malam untuk kalian (anak buah setan). Maka jika seorang lelaki masuk tanpa mengucapkan nama Allah, maka setan berkata, “kalian bisa menginap”, jika tidak menyebut nama Allah ketika makan, setan berkata, “kalian bisa menginap dan makan makan malam”.

Dengan ini, sebaiknya seseorang membaca basmalah ketika hendak makan. Tidak hanya itu, setan selalu mengintai kita dalam keadaan apapun. Maka sebaiknya mengucapkan nama Allah dalam memulai sesuatu agar terhindar dari setan yang terkutuk. Wallahu a’lam

Disarikan dari Muhyiddin Dhib, Lawami’ al-Anwar; Syarh Kitab al-Adzkar, (t.tp, Dar Ibn Kathir, t.th), 35-36.

Ahmad Fatoni

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Patner Resmi Republika.co.id