Fiqih

Tata Cara Solat Qadha

Ilustrasi 
Ilustrasi

Sumber: republika

NYANTRI--Solat wajib merupakan solat yang dilakukan setiap lima waktu. Setiap umat Islam wajib menjaganya selama dia masih mempunyai akal. Apabila akalnya hilang maka gugur kewajibannya. Termasuk, ketika kita sedang sakit, separah apapun sakitnya, dia tetap wajib melaksanakn solat dengan semampunya. Jika tidak bisa berdiri, dia boleh duduk, jika tidak bisa, boleh dengan berbaring, bahkan jika tidak bisa bergerak sedikitpun, seseorang boleh menggunakan kedipan mata sebagai isyarat. Hal ini menunjukkan jika solat berperan sebagai ibadah penting dalam kehidupan.

Solat juga menjadi penanda bahwa orang tersebut sudah tidak punya akal atau mati. JIka mati, maka hilanglah kewajibannya untuk melaksanakan solat. Maka dari itu, pantas jika solat dinarasikan sebagai ibadah nomor satu dalam agama ini. Dalam sebuah hadith riwayat at-Tirmidzi, Bahwa Rasulullah sallallahu ‘alahi wa sallam bersabda:

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

قاَلَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ العَبْدُ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلاَتُهُ ، فَإنْ صَلُحَتْ ، فَقَدْ أفْلَحَ وأَنْجَحَ ، وَإنْ فَسَدَتْ ، فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ ، فَإِنِ انْتَقَصَ مِنْ فَرِيضَتِهِ شَيْءٌ ، قَالَ الرَّبُ عَزَّ وَجَلَّ اُنْظُرُوا هَلْ لِعَبْدِي مِنْ تَطَوُّعٍ ، فَيُكَمَّلُ مِنْهَا مَا انْتَقَصَ مِنَ الفَرِيضَةِ ؟ ثُمَّ تَكُونُ سَائِرُ أعْمَالِهِ عَلَى هَذَا. رَوَاهُ التِّرمِذِيُّ.

Artinya:

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya amal yang pertama kali dihisab pada seorang hamba pada hari kiamat adalah shalatnya. Maka, jika shalatnya baik, sungguh ia telah beruntung dan berhasil. Dan jika shalatnya rusak, sungguh ia telah gagal dan rugi. Jika berkurang sedikit dari salat wajibnya, maka Allah Taala berfirman, ‘Lihatlah apakah hamba-Ku memiliki shalat sunnah.’ Maka disempurnakanlah apa yang kurang dari shalat wajibnya. Kemudian begitu pula dengan seluruh amalnya”. (HR Tirmidzi)

Dari hadith di atas bisa disimpulkan jika seluruh amal tergantung pada solatnya. Solat seseorang menjadi penentu atau identifikasi penting untuk menyimpulkan value seseorang di hadapan Tuhan. Selain itu solat juga sebagai tiang agama. Sebagaimana hadith yang diriwayatkan oleh Baihaqi:

الصلاة عماد الدين فمن اقامها فقد اقام الدين ومن هدمها فقد هدم الدين

Artinya: sesungguhnya Rasulullah bersabda, “solat adalah tiang agama, barang siapa mendirikannya, sungguh ia telah menegakkan agama (Islam) itu dan barang siapa meninggalkannya, maka sungguh ia telah merobohkan agama (Islam) itu.”

Maka dari itu seseorang tidak boleh melewatkan solat satu waktupun, apabila solat tersebut ditinggalkan maka ia sedang berdosa. Sebagaimana hadith di atas, sesungguhnya telah merusak agamanya. Bagaimana jika terdapat orang yang demikian. Maka orang tersebut wajib menggatinya yaitu dengan melakukan solat qadha.

Apa yang dinamakan dengan solat qadha, sebagaimana yang dijalaskan oleh Musthafa al-Khin dan Musthafa al-Bugha dalam kitabnya al-Fiqh al-Manhaji ‘ala Madzhabi Imam Syafi’I (Surabaya, al-Fithrah, 2000), juz 1, hal 110 mendifinisikan qadha sebagai berikut:

وأما القضاء: فهو تدارك الصلاة بعد خروج وقتها، أو بعد أن لا يبقى من وقتها ما يسع ركعة فأكثر وإلا فهي اداء

Artinya: Adapun qadha (dalam shalat) ialah melaksanakan shalat sesudah habisnya waktu, atau sesudah waktu yang tidak mencukupi untuk menyelesaikan satu rakaat atau lebih. Kondisi sebaliknya disebut ada’.

Imam al-Ghazali dalam kitabnya yang berjudul Asrar al-Solah wa Muhimmatuhu menjelaskan bagaimana tatacara orang tersebut melaksanakan solat qadha.

Beliau menjelaskan jika seseorang tidak dapat melaksanakan solat fardu hingga terlewat waktunya maka terlebih dahulu ia mengqadha solat yang ditinggalkan kemudian baru menunaikan solat fardhu berikutnya. Hal ini mengambil cara yang lebih afdhal. Semisal kita melewatkan solat dzuhur hingga waktu asar. Maka yang lebih afdhal adalah mendahulukan solat dzuhur dengan cara qadha, baru kemudian melaksanakan solat asar. Jika sebaliknya, maka solatnya tetap sah, hanya saja tidak memperoleh yang utama.

Apabila dia mendapati seorang imam sedang melaksanakan solat berjamaan, maka dia boleh melaksanakan solat asar bersamanya baru melaksanakan solat qadha’ secara sendiri. Karena solat yang sekarang (solat asar) lebih berhak dikerjakan secara berjamaah dari pada melaksanakn solat qadh. (Imam al-Ghazali, Asrar al-Solah wa Muhimmatuhu, (t.tp., t.p., t.th.), hlm, 120

Bagaimana tatacara solat qadha, yaitu sama dengan solat fardhu yang hendak dia ganti. Hanya saja perbedaannya terdapat pada niat saja. Berikut niat qadha, lafaz dan artinya.

أُصَلِّي فَرْضَ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ قَضَآءً لله تتَعَالَ

Usholli fardha (sebutkan nama shalat yang diqadha. Misalnya, fardha dhuhri atau fardha subhi dsb) mustaqbilal qiblati qadha’an lillahi taala

Artinya: Saya niat shalat fardhu . menghadap kiblat, qadha karena Allah Swt

Wallahu a’lam

Ahmad Fatoni

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Patner Resmi Republika.co.id