News

Mengenang dan Mengenal Lebih Dekat Mendiang Prof Azyumardi Azra

Almarhum Prof Azyumardi Azra
Almarhum Prof Azyumardi Azra

Sumber: Republika

NYANTRI--Azyumardi Azra lahir pada 4 Maret 1955 di Lubuk Alung, Sumatera Barat. Namanya memiliki arti yang cukup puitis “Permata Hijau”. Azyumardi biasa dipanggil “Edy” atau “Mardi” oleh keluarganya, ia adalah anak ketiga dari enam bersaudara dan merupakan anak lelaki pertama dari pasangan Azikar dan Ramlah.

Azyumardi dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang agamis dan memiliki orang tua yang sadar akan pentingnya pendidikan. Ia besar di lingkungan Islam modernis. Tapi, ia justru merasa asyik dalam tradisi Islam tradisional. Ibunya mengajar sebagai guru agama. Ayahnya berprofesi sebagai tukang kayu dan pedagang (modal kecil), yaitu pedagang kopra dan cengkih. Meski kondisi keluarganya sulit, ayahnya berkemauan keras agar semua anak-anaknya bisa sekolah.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Perkenalan Azyumardi dengan dunia pendidikan berawal dari kata-kata yang terpampang di badan bus dan di belakang truk, ia juga belajar membaca dari judul-judul berita pada robekan kertas koran bekas dan majalah bungkusan. Ayahnya pun setia menemaninya saat ia baru belajar mengeja kata di badan bus yang setiap hari melintas di depan rumahnya.

Azyumardi memulai pendidikannya di SD Negeri 01 Lubuk Alung pada tahun 1963. Sekolah tersebut tidak jauh dari rumahnya, hanya berjarak 10 menit dengan berjalan kaki. Karena sudah pandai membaca, pelajaran sekolah dirasanya mudah saja. Pada masa SD inilah Azyumardi memulai kecintaannya pada buku. Azyumardi kerap meminjam buku di perpustakaan sekolah dan membawanya pulang ke rumah.

Setelah selesai menempuh pendidikan Sekolah Dasar dekat rumahnya, Tahun 1969 ia melanjutkan pendidikannya ke Sekolah Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN) Padang. Di sekolah menengah ini, bakat Azyumardi sebagai seorang pelajar yang cerdas sudah terlihat, terutama di bidang pelajaran Matematika. Karena kemahirannya di bidang pelajaran tersebut, Azyumardi mendapatkan gelar “Pak Karmiyus”. Pak Karmiyus adalah guru Aljabar dan Ilmu Ukur (sekarang Matematika) di sekolahnya. Apabila Pak Karmiyus tidak hadir, teman-temannya sering meminta bantuan Azyumardi untuk menjelaskan mata pelajaran yang sama di depan kelas. Di luar sekolah, dalam bidang sosial keagamaan, Azyumardi banyak bersentuhan dengan nilai-nilai Islam modernis, kendati ia juga merasa dekat dengan tradisi Islam tradisional. Kemudian pada tahun 1975 Azyumardi berhasil menyelesaikan pendidikan sekolah menengahnya.

Setelah lulus dari PGAN, ayahnya menghendaki Azyumardi agar kuliah di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Padang. Namun, Azyumardi tidak berminat, ia menginginkan kuliah di Ilmu keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP), atau belajar Sejarah di Universitas Andalas, Padang. Namun orangtuanya tetap menginginkan Azyumardi agar kuliah di Perguruan Tinggi Agama Islam itu. Akhirnya, Azyumardi menentukan sikapnya yaitu kuliah di IAIN yang ada di Jakarta. Hal ini didasarkan pada pertimbangan, bahwa di kota metropolitan itu adalah tempat yang kosmopolit, dan kondusif untuk menghirup tradisi intelektual. Setidaknya, banyak putra Minang yang punya nama besar, dan pernah merantau di Jakarta, seperti Muhammad Natsir, Buya Hamka, dan sejumlah nama lainnya. Karena pertimbangan tersebut, Azyumardi akhirnya diizinkan oleh kedua orangtuanya untuk melanjutkan kuliah di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Semasa kuliah, Azyumardi dikenal sebagai aktivis di organisasi intra maupun ekstra di kampus. Di intra, Azyumardi menjabat sebagai ketua senat Mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan di ekstra, Azyumardi menjadi ketua umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) cabang ciputat, yakni pada tahun 1981 sampai dengan 1982. Azyumardi pernah mengorganisasi kawan-kawan mahasiswa untuk melakukan demo terhadap pemerintahan Soeharto dalam sidang umum MPR tahun 1978. Hingga pada tahun 1982, Azyumardi berhasil menyelesaikan kuliahnya. Pada tahun 1986 Azyumardi memperoleh beasiswa S2 Fullbright di Universitas Colombia, New York, Amerika Serikat dengan konsentrasi Sejarah. Dalam tempo dua tahun ia berhasil menyelesaikan program MA nya pada Departemen Bahasa dan Kebudayaan Timur Tengah (1988). Selanjutnya pada tahun 1989 Azyumardi memperoleh gelar MA nya yang kedua pada Universitas yang sama dalam bidang Sejarah melalui program Colombia University President Fellowship. Ditambah gelar M.phill pada tahun 1999 dalam bidang Sejarah. Akhirnya dari Jurusan Sejarah ini pula, Azyumardi memperoleh gelar Ph.D nya. Selanjutnya Azyumardi juga mengikuti program post doctoral di Universitas Oxford selama satu tahun (1995-1996).

Semasa Hidupnya, Azyumardi telah banyak berkiprah dalam masyarakat melalui dunia organisasi maupun dunia pendidikan. Beliau juga dikenal sebagai salah satu cendikiawan muslim yang ada di Indonesia. Beliau pernah menjabat sebagai Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 1998 sampai 2006. Pada akhirnya, beliau meninggal dunia pada hari Ahad, 19 September 2022 di RS Malaysia pada Usia 67 tahun.

Sumber: Andina Dwifatma, Cerita Azra Biografi Cendikiawan Muslim Azyumardi Azra, (Penerbit Erlangga, 2011).

Afiq Budiawan, Pendekatan Sejarah Persfektif Azyumardi Azra, tersedia dalam www.academia.edu

Yofi Suma Bitra

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Patner Resmi Republika.co.id