Pojok Gus Dur, Tempat Gus Dur di Gedung PBNU Terima Tamu dari Semua Kalangan
Dokumen Kompasiana
NYANTRI--Gedung Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menyimpan banyak kenangan aktivitas KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur ketika ia menjabat sebagai ketua umum PBNU. Ketika terpilih sebagai ketum PBNU dalam tiga kali Muktamar, Gus Dur sering dijumpai di gedung PBNU yang beralamat di Jalan Kramat Raya, Kenari, Senen, Jakarta Pusat.
Ia menempati satu ruangan di lantai dasar PBNU dan menjadi favoritnya. Di ruangan yang sempei dan jelek, Gus Dur menerima banyak tamu dari berbagai kalangan. Ruangan tersebut kemudian diresmikan sebagai Pojok Gus Dur pada 2011 oleh Ketua Umum PBNU waktu itu KH. Said Aqil Siraj.
Gus Dur dengan santai menerima tamu-tamunya tanpa membeda-bedakan ras, agama dan kelas sosial di tempat tersebut. Suatu waktu, lanjutnya, Gus Dur menerima tamu dari Sudan bernama Syekh Tajudin. Tamu tersebut kemudian heran melihat kantor PBNU karena mungkin dipandang tidak bagus.
“Ini kantor Abdurrahman Wahid? Nggak ada yang lainya? Jadi bayangan dia dari Sudan kantor PBNU itu megah,” kata Kiai Said dalam sambutan peresmian Pojok Gus Dur, dikutip dari NU Online.
Kiai Said berkelakar bahwa gedung PBNU yang berlokasi di samping Kramat, keramatnya terdapat di pojok Gus Dur. Meskipun ruangannya sempit namun keramat. Di Pojok Gus Dur berisi koleksi buku termasuk buku karya Gus Dur sendiri, foto, kaset dan barang-barang lainnya.
Gus Dur pernah bermimpi untuk membangun gedung PBNU Sembilan lantai sesuai dengan simbol NU. Cita-cita itu kemudian tercapai saat Gus Dur menjadi Presiden RI ke-4. Sembilan lantai tersebut terdiri dari delapan sebagai kantor dan satu lantai difungsikan sebagai basement. Peletakan batu pertama dilakukan pada 5 November 1999.
Di era kepengurusan KH. Yahya Cholil Staquf, gedung PBNU didesain baru. Dengan desain baru ini warga NU atau tamu tidak bebas keluar masuk gedung PBNU karena hanya orang yang memegang kartu akses tertentu yang dengan leluasan masuk. Para tamu akan banyak dilayani di lobi bawah yang telah didesain seperti ruang tunggu luas yang dilengkapi dengan kafe, kursi dan ruangan untuk berdiskusi.
Gus Yahya menginginkan dengan desain baru tersebut para pengurus yang datang ke PBNU benar-benar merasakan mood dan suasana bekerja. Oleh karena itu pembatasan akses tersebut agar tidak menggangu orang-orang di PBNU yang sedang bekerja.