Gagasan Einstein tentang Perdamaian
NYANTRI--Perang dunia di era 1930-an bagaimana pun telah menyisakan berbagai penderitaan dan kehancuran. Semua yang terkait dengan kedamaian seakan tidak pernah terwujud akibat keserakahan segelintir orang. Sebuah dunia damai yang didambakan oleh umat manusia seakan hanya menjadi mimpi. Kehancuran, penderitaan, dan kesengsaraan, akibat perang seakan sudah menjadi makan sehari-hari. Maka tidak heran jika banyak para pemikir, ilmuwan, dan filsuf berjuang bersama-sama di dalam menyuarakan perdamaian.
Di dunia ini telah banyak pemikir yang berbicara tentang perdamaian. Bahkan seorang ilmuwan seperti Albert Einstein juga bicara tentang perdamaian. Sebagaimana yang terdapat di dalam buku berjudul, “Enstein on Peace”, yang diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia berjudul, “Einstein Bicara Perdamaian”. Buku ini diedit oleh Otto Nathan dan Heinz Norden serta diberi prakata oleh Bertrand Russell. Buku setebal 452 hlm ini diterbitkan oleh penerbit Gala Ilmu Semesta, Yogyakarta pada tahun 2007.
Meski buku ini merupakan terbitan lama, tetapi nilai-nilai Einstein yang ditulis melalui surat-suratnya masih relevan untuk kehidupan saat ini. Sebagaimana yang dikatakan oleh Otto Nathan, bahwa Einstein selain sebagai ilmuwan, ia juga berjuang untuk penghapusan perang bukan semata-mata karena ia membenci kebrutalan dan menganggap pembunuhan manusia tidak patut sebagai usaha pemecahan masalah untuk konflik internasional. Sebab Enstein percaya bahwa selama perang masih ada sebagai Lembaga yang diterima, kebebasan intelektual individu yang dianggap sebagai pondasi masyarakat tidak akan pernah terwujud.
Albert Enstein juga merupakan seorang penganut paham pasifisme, yakni paham yang menolak segala bentuk perang. Bagi Enstein, pasifisme berarti pengejawantahan lembaga-lembaga dunia yang akan menghapuskan perang dan usaha perlindungan perdamaian internasional tanpa berpaling pada senjata dan kekerasan. Senjata bagi Enstein tetap diperlukan sebagai bentuk pertahanan negara, bukan sebagai penyerang suatu negara. Oleh karena itu, seperti yang terdapat di dalam buku ini, Enstein banyak menulis surat yang menginspirasi terkait perdamaian.
Surat-Surat Albert Enstein Terkait Perdamaian
Buku ini sejatinya merupakan kumpulan surat-surat Enstein terkait dengan perdamaian. Meski berbentuk surat. Tetapi isinya sangat mendalam sebagai sebuah gagasan Enstein terkait perdamaian. Sebagaimana manifesto Enstein terkait pelucutan senjata pada 30 Mei 1930 dalam Liga Internasional Wanita untuk perdamaian dan kebebasan, yang mengatakan, “para ilmuwan dan teknisi di seluruh dunia telah membuktikan; bahwa suatu perang yang baru atau metode ilmiah perang berarti pembasmian secara serempak suatu bagian besar populasi dengan api, gas beracun dan bahan kimia. Apakah anda tahu bahwa di masa depan perang tidak lagi menguntungkan, apakah anda tahu bahwa gas beracun dapat menghancurkan seketika atau setelah mengalami penderitaan yang tak terperikan bukan hanya organisme manusia, tetapi menembus ke dalam bumi, meracuni tanah dan air untuk periode waktu yang lama.
Rakyat dunia; bersatu dan nyatakanlah hasratmu untuk perdamaian dengan menuntut perlucutan senjata universal. Tinggalkanlah perang, marilah kita menuntut pembuangan persenjataan”.
Selain manifesto di atas, Enstein juga memberikan nasehat kepada seorang pemuka agama Yahudi, yakni Rabbi Baeck, saat dilakukan pertemuan penentangan perang internasional di Lyon, Perancis pada 4 Agustus 1931. Dalam pesan itu Enstein mengatakan, “anda harus menerima dengan keberanian tantangan dan secara agresif menyebarkan ide penolakan perang. Anda harus meyakinkan rakyat untuk mengambil perlucutan senjata dan memproklamirkan bahwa mereka tidak akan mengambil bagian di dalam perang.
Meminta para pekerja dari seluruh negeri untuk bersatu menolak menjadi alat-alat kepentingan yang memerangi kehidupan. Aku berseru kepada para intelektual dan rekan ilmuwan untuk menolak bekerjasama di dalam riset untuk maksud-maksud perang. Aku meminta setiap surat kabar sebagai pendukung perdamaian untuk mendorong pembacanya menolak tugas perang. Anda harus berpihak pada penentangan perang”.
Surat-surat yang ditulis Enstein di atas hanyalah beberapa surat yang ditulisnya. Dalam buku “Enstein Bicara Perdamaian”. Ada banyak sekali surat-suratnya yang menentang perang. Dari surat-surat yang ditulis Enstein dalam buku ini, setidaknya kita dapat mengetahui bahwa Enstein bukan saja sosok seorang ilmuwan yang kreatif dengan teori-teorinya. Tetapi juga seorang yang cinta perdamaian dan keindahan. Seperti yang dikatakan oleh Otto Nathan, bahwa Enstein adalah orang yang sangat menghormati alam dengan kerendahan hati yang mendalam, yang merenungkan kekayaan dan keindahan dahan-dahan serta dedaunan.
Pada musim panas 1914, ketika Enstein memberontak menentang perang sebagai “sesuatu yang tidak dapat dipercaya”, bahwa perbuatan manusia di dalam perang telah melanggar hukum-hukum agung alam semesta, bahwa pembunuhan yang diniati atas jutaan manusia akan menganggu cara kerja alam semesta. Tampak bahwa inilah sumber kekuatan Enstein atas usaha-usahanya yang gigih untuk menghapuskan peperangan.