Serba Serbi

Resensi: Pesan Cinta Mbah Moen

Keterangan: Buku Pesan Cinta Mbah Moen
Keterangan: Buku Pesan Cinta Mbah Moen

Sumber Foto: Istimewa

Peresensi: Abdul Warits

Judul : Pesan Cinta Mbah Moen

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Penulis : Tim Rene Islam

Penerbit : Turos Pustaka

Cetakan : Maret, 2021

Tebal : 242 halaman

ISBN : 978-602-1201-73-2

NYANTRI--KH. Maimoen Zubair merupakan salah satu kiai kharismatik di negara Indonesia. Pesan-pesannya menginpirasi sikap kebangsaan dan keenegaraan setiap orang. Ia konsisten dalam memperjuangkan nilai-nilai keislaman yang tasamuh dan takaful. Hal ini tercermin dalam segala aktivitasnya sebagai pengasuh pesantren, tokoh NU, tokoh politik bahkan sebagai diri sendiri dalam kehidupan masyarakat.

Buku ini mencoba untuk membuka jendela tentang kekayaan yang sangat berharga dalam diri Mbah Moen, sosok kiai yang memiliki kapasitas dalam keilmuan, spiritual maupun pengalaman serta pandangan-pandangan revolusioner. Perannya sebagai ulama tidak hanya bernuansa sektoral bahkan internasional. Mbah Moen adalah sosok kiai yang mendidik masyarakat kecil di pelosok kampung, sebagai penengah di tengah kegaduhan masyarakat atas, serta menjadi panutan bagi dunia sebagai sosok yang konsisten membangun citra islam yang sejuk dan damai bagi semesta (hal. 09)

Buku ini terdiri dari beberapa subjudul pokok pembahasan dari semua pesan yang telah disampaikan oleh Mbah Moen dalam hidupnya. Pesan-pesan tersebut terbagi ke dalam tiga kategori. Pertama, manusia bahagia. Kedua, santri dan anjuran menuntut ilmu. Ketiga, ihwal hidup berbangsa. Keempat, hikmah dan spiritual Islam. Menurut Mbah Moen, manusia bahagia adalah orang yang benar dalam tingkah laku hidupnya meskipun tidak pintar. Sebab membuat orang pintar menjadi benar membutuhkan kejernihan hati dan keluasan jiwa sehingga ada yang lebih bijak yaitu orang pintar yang senantiasa bertindak benar. (hal. 48)

Menjadi santri ideal bagi Mbah Moen sangat sederhana. Sebab, tandanya seorang santri adalah dengan mengaji karena menurut pandangannnya zaman sekarang banyak orang yang sudah sekolah untuk mencari gelar sementara orang yang mengaji tinggal sedikit. Seorang kiai menurutnya harus mengajar karena nabi diutus untuk mengajar dan mendidik. Kalau kiai tidak mengajar namanya bukan kiai, hanya kiai formalitas saja.

Selain itu, Mbah Moen menganggap betapa pentingnya muthala’ah dalam segala pembelajaran. Sebab, Mbh Moen mengaku pernah mempunyai guru bernama KH. Abdullah bin Nuh yang sangat alim tetapi gurunya selalu muthala’ah saat hendak mengajar. Tak hanya itu, Mbah Moen mengibaratkan kitab seperti maling, asalkan seorang santri tekun mengulang-ulang dan dibaca terus, si maling lama-lama bisa mengaku. Sanad keilmuan itu penting. Karena itu pokok dan menjadi syarat bahwa ilmu itu benar benar berasal dari Nabi Muhammad SAW, sang sumber ilmu (hal. 59)

Pesan-pesan kebangsaan Mbah Moen menjadi pemantik dalam menciptakan perdamaian yang tentram di negara Indonesia. Konsep kebangsaan yang diusung oleh mbah Moen berupa toleransi dan bhinneka tunggal ika (berbeda-beda tetapi tetap satu jua). Menurutnya, setiap orang yang hidup di dunia ini harus mengetahui titik perbedaan dan persamaan sehingga bisa mempersatukan. Karena dengan perbedaan itu akan menjadi seni yang indah di hadapan bangsa-bangsa dunia (hal. 109). Oleh sebab itu, hukum membela tanah air adalah fardu ain (wajib dikerjakan oleh semua orang). Maka dari dari masyarakat Indonesia jangan sekali-kali memisahkan antara amaliyah, tindakan atau perilaku keagamaan dengan kecintaan terhadp bangsa Indonesia.

Selain menyajikan beberapa pesan penting Mbah Moen, sebelum diakhir buku ini menyajikan testimoni beberapa tokoh dari lintas agama, organisasi atas keteledanan dan kecintaan mbah Moen dalam merawat kebangsaan dan perdamaian dunia. seperti salah salah satu kesaksian dari Ketua Umum Pengurus Besar Nahdhatul Ulama (PBNU), K.H. Yahya Cholil Staquf bahwa umat manusia kehilangan sosok kiai yang memiliki pengayoman rohani dan kiai yang tidak pernah henti-henti beri-riyadloh mendoakan keselamatan dan kemaslahatan seluruh umat manusia. Bahkan, diakui oleh pendeta Gomar Gultom sosok Mbah Moen merupakan sosok kiai yang patut menjadi teladan bagi tokoh agama dan ulama di Indonesia. Karena dari segala hiruk pikuk politik dan agama, Mbah Moen selalu hadir dengan wajah penuh keteduhan. Di akhir buku ini, disajikan biografi mbah Moen dengan lengkap.

Abdul Warits: Mahasiswa Program Pascasarjana Studi Pendidikan Kepesantrenan, Instika Annuqoyah, Guluk-Guluk Sumenep Madura.

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Patner Resmi Republika.co.id