Mengenal Lebih Dekat Ummu Habibah
dok. republika
NYANTRI--Menjadi istri Rasulullah jelas merupakan perempuan terpilih. Mereka dipastikan mempunyai kelebihan dibandingkan perempuan-perempuan lainnya. Salah satunya Ramlah binti Abu Sufyan Al-Qurasyiyyah atau dikenal dengan Ummu Habibah. Dia adalah perempuan yang teguh dalam menjaga keimanannya.
Rasulullah menikahi Ummu Habibah setelah dia menjadi janda karena suaminya, Ubaydillah bin Jahys meninggal. Dia juga harus membesarkan anak sendiri di Habasyah. Mendengar kondisi yang dijalani Ummu Habibah, Rasulullah kemudian meminta bantuan Negus, penguasa Habasyah untuk melamarkannya.
Negus kemudian mengutus Abrahah, budak perempuannya menemui Ummu Habibah. Ummu Habbibah pun menerima lamaran Rasulullah tersebut dengan mahar 400 dinar. Pernikahan berlangsung pun berlangsung sekitar tahun ketujuh Hijriyah.
Keteguhan iman Ummu Habibah juga tergambar sebelum dia menikah dengan Rasulullah, masih menjadi istri dari Ubaydillah bin Jahsy. Ketika itu, Ubaydillah memilih memeluk agama Nasrani dan meninggalkan Islam.
Suatu malam, sebelum Ubaydillah menyatakan tentang keyakinannya kepada agama Nasrani, Ummu Habibah bermimpi buruk tentang Ubaydillah. Dia melihat suaminya dalam mimpi dalam bentuk yang buruk dan menakutkan. Sehingga dia terperanjat dan terbangun. Dia kemudian memanjatkan doa kepada Allah.
Mimpi buruk yang menimpa Ummu Habibah kemudian terbukti pada pagi harinya. Ubaydillah telah memeluk Nasrani. “Ummu Habibah, aku berpikir tentang agama, dan menurutku tidak ada agama yang lebih baik dari agama Nasrani. Aku memeluknya dulu. Kemudian aku bergabung dengan agama Muhammad, tetapi sekarang aku kembali memeluk Nasrani,” kata Ubaydillah.
Ummu Habibah kemudian berkata “Demi Allah, tidak ada kebaikan bersamamu!”. Ummu Habibah juga menceritakan mimpi buruknya kepada Ubaydillah. Namun dia tidak menggubrisnya dan tetap murtad serta mabuk-mabukan hingga meninggal.
Ummu Habibah kembali bermimpi Ubaydillah yang sudah meninggal. Dalam mimpinya, Ubaydillah mendatanginya dan memanggilnya Ummul Mukminin. Ummu Habibah terkejut dan menafsirkan bahwa Rasulullah akan menikahinya. Mimpi tersebut kemudian terbukti, Rasulullah melamarnya.
Keteguhan iman Ummu Habibah tampak jelas ketika dia memilih tetap memeluk Islam meskipun Ubaydillah memilih agama Nasrani. Ramlah lahir 25 tahun sebelum hijrah atau sekitar 13 tahun sebelum Muhammad diangkat menjadi rasul.
Ayah Ummu Habibah adalah Shakhr bin Harb bin Umayyah yang dikenal dengan Abu Sufyan. Ayahnya merupakan pembesar Qurasy pada masanya. Ibunya bernama Shafiyah bin Abul Ash, bibi dari sahabat Ustman bin Affan.
Dia juga digambarkan sebagai perempuan yang cantic sehingga banyak pemuda-pemuda Quraisy yang menyukainya. Salah satunya Ubaydillah bin Jahsy yang kemudian menjadi suaminya. Bersama suaminya pula Ummu Habibah kemudian memeluk Islam setelah mendengar kesaksian Waraqah bin Naufal tentang kenabian Muhammad.
Dalam beberapa sumber juga disebutkan Ummu Habibah sebagai perempuan tegas dan teguh dalam menjaga keimanannya terhadap agama. Bahkan kepada ayahnya sendiri, dia berani menegurnya. “Ayahku adalah Islam. Aku tidak mempunyai ayah selainnya, selama mereka masih membanggakan Bani Qais dan Bani Tamim,” kata ucapan Ummu Habibah kepada ayahnya.
Bahkan pada kesempatan lain, setelah perjanjian Hudaibiyah, ayahnya datang ke Madinah menemui Ummu Habibah. Abu Sufyan lalu ingin duduk di atas Kasur Rasulullah, tapi Ummu Habibah menghalanginya.
“Wahai anakku, sungguh aku tidak mengerti kenapa engkau tidak suka aku duduk di atas Kasur ini?”
“Itu adalah Kasur milik Rasulullah,” jawab Ummu Habibah. “Sedangkan kau adalah seorang musyrik yang najis. Tentu saja aku tidak suka kau duduk di atas kasu nabi,” tambahnya.
Abu Sufyan lalu pergi dengan menahan perasaan marah. Setelah nabi wafat, Ummu Habibah tetap tidak meningalkan ajaran yang diperintah Allah melalui Rasulullah. Rajin beribadah dan berbuat banyak kebaikan. Dia juga punya semangat mempersatukan umat Islam sebagaimana wasiat dari Rasulullah.