Mengenal Lebih Dekat Ummu al-Hasan, Ahli Fikih dari Spanyol
dok. muslimahdaily
NYANTRI--Spanyol pernah memiliki sejarah emas tentang kajayaan Islam di sana. Dulu Spanyol dikenal dengan tanah Andalusia pernah menjadi salah satu pusat kekuasaan Islam di daratan Eropa. Islam disebutkan pernah menguasai Andalusia delapan abad pasca kemenangan atas orang-orang Goth pada tahun 711 M.
Peninggalan Islam terdahulu dapat disaksikan di beberapa kota seperti di Kordoba. Masjid Raya Cordoba adalah bangunan bersejarah terkait kejayaan Islam di sana. Pada waktu itu, Andalusia dikenal dengan pusat Pendidikan. Oleh karena itu, banyak lahir tokoh-tokoh penting dari Andalusia ini, salah satunya Ummu al-Hasan.
Ummu Al-Hasan memiliki nama lengkap Ummu al-Hasan binti Liwa bin Asbagh bin Abdullah bin Wansus bin Yarbu al-Miknasi. Disebutkan dalam berbagai sumber bahwa Yarbu al-Miknasi adalah mantan budak dari Khalifah Umayyah, Sulaiman bin Abdul Malik.
Baca Juga: https://nyantri.republika.co.id/posts/196872/mengenal-lebih-dekat-ummu-habibah
Ummu al-Hasan sendiri murid dari Baqi’ bin Makhlad. Baqi’ pernah belajar hadis kepada Imam Ahmad bin Hambar dengan cara berjalan kaki dari Spanyol ke Baghdad. Kesungguhannya tersebut membuat Imam Ahmad memuji kesungguhannya tersebut.
Dikisahkan, dihadapan Baqi’, Ummu al-Hasan membaca kitab al-Duhur. Putra Baqi’, Ahmad bin Baqi’ ada ketika Ummu al-Hasan membaca kitab tersebut dan mendengarkannya. Ahmad ingin memastikan bahwa bacaan Ummu al-Hasan tidak ada yang salah.
Berguru kepada seorang yang alim dan semangat belajar, menandakan Ummu al-Hasan pun orang yang haus ilmu. Dia juga digambarkan sebagai perempuan yang bijak. Dia mampu memutuskan suatu masalah dengan benar. Selain itu, Ummu al-Hasan adalah perempuan cerdas serta zuhud.
Kemudian Ummu al-Hasan juga termasuk perempuan yang memiliki akhlak mulia pada zaman itu. Kepribadiannya yang luar biasa tersebut membuat Namanya banyak diulas diberbagai buku yang mengulas tentang keutamaan Baqi’.
Ummu al-Hasan memiliki semangat yang sama dengan gurunya, Baqi’ dalam hal menuntut ilmu. Ia begitu bersemangat untuk belajar syariat. Meskipun perempuan, Ummu al-Hasan juga tak menyurutkan dirinya menekuni ilmu agama sebagaimana para laki-laki. Ilmu agama dia salah satunya dia pelajari dari gurunya, Baqi’.
Ummu al-Hasan terus berguru kepada Baqi’ hingga dia menguasai ilmu fikih dan meriwayatkan hadis. Dia kemudian menjadi murid utama dari Baqi’. Atas kecerdasannya pula, dia menjadi terkenal di kalangan ulama pada waktu itu.
Amir Abdullah bin Abdurrahman III bin Muhammad dalam kitabnya, Al Muskitah sebagaimana dimuat dalam Muslimahdaily menjelaskan tentang Ummu al-Hasan. “Dia seorang wanita berilmu dan saleh, putri dari Abu Liwa datang setiap Jumat ke majelis Jumatnya Baqi’ bin Makhlad di rumah Abu Abdurrahman. Wanita itu merupakan seorang berilmu yang istimewa. Ia juga telah berhaji,”.
Ketika berhaji, Ummu al-Hasan juga memanfaatkan untuk menimba ilmu. Di sana dia gunakan waktunya untuk beribadah dan mencari ilmu. Sepulang dari haji dia terus menambah ilmu dengan belajar ilmu fikih dan meriwayatkan banyak hadis.
Ummu al-Hasan lalu dikenal sebagai ulama ahli fikih yang cerdas dan banyak melahirkan karya. Dia juga tidak pelit terhadap ilmu yang dikuasainya. Dia membagi-bagikan ilmunya ke orang lain. Itu sebabnya dia selalu bersemangat menulis buku fikih dan hadis.
Ummu al-Hasan meninggal di Makkah ketika dia pergi haji untuk yang kedua kalinya dan dimakamkan di sana. Dia begitu bersemangat karena akan mendapatkan ilmu di Makkah. Sebab seperti pada haji pertamanya, di Makkah dia tidak hanya beribadah tapi juga menuntut ilmu.
Ar-Razi menyebutkan ketika beribadah haji, Ummu al-Hasan juga mengumpulkan pembahasan-pembahasan tentang fikih dan hadis. Kesungguhannya dalam meraih ilmu membuat dia menjadi salah seorang perempuan hebat dalam sejarah khazanah Islam.