Kisah Obat Kuat Cina Rajai Obat Keperkasaan
NYANTRI--Seringkali kita jumpai toko penjual obat kuat di pinggir jalan. Pada poster yang biasanya ditempel di dinding pintu masuk, bertuliskan menu-menu obat seperti Viagra, cialis, perangsang, procomil dan sebagainya. Intinya itu adalah obat yang berkaitan dengan urusan ranjang, khusus untuk laki-laki. Ada juga beberapa yang menjual untuk si wanita.
Bicara tantang obat kuat di Jakarta, sudah memiliki jejak sejarah yang panjang. Obat kuat Cina pernah merajai obat-obat semacam ini sebelum obat herbal produksi dalam negeri menjadi pesaing obat-obat kuat Cina di pinggir jalan Jakarta. Nama-nama toko obat kuat bermacam-macam. Ada Pil Biru Obat Acong, A Kiong, A Ceng dan A Hong. Itu beberapa nama yang bernuansa toko obat kuat Cina.
Menjamurnya obat kuat tentu karena peminatnya juga banyak. Dalam tulisan sejarawan Alwi Shahab dalam bukunya “Maria van Engels”, saking trennya obat kuat Cina, sehingga jamu-jamu lokal yang menawarkan jenis obat yang sama sengaja menggunakan label buatan Cina.
Baca Juga: https://nyantri.republika.co.id/posts/210668/pengertian-besaran-dan-pelaksanaan-zakat-fitrah
Masalah seks memang sudah menjadi perhatian sejak lama dan sering menjadi topik di berbagai media cetak maupun televisi. Karena itu, pakar seks semacam dokter Boyke dan Dian Nugroho tak kalah populer dengan tokoh-tokoh politik dan ekonomi.
Alwi Shahab menulis pada 1960-an dan 1970-an, iklan jenis obat kuat sering dijumpai di berbagai media. Judulnya juga tidak kalah menyeramkan dari iklan obat di kios obat kuat. “Nafsu Besar, Tenaga Kurang, Seperti Rayap Makan Kayu” begitu salah satu iklan seorang tabib dari Pakistan di Sawah Besar yang menjual obat kuat.
Pada 1950-n, di Jalan Kramat Raya, juga ada yang menjual tungkur buaya yang diklaim sebagai obat tahan lama. Namun lambat laun pamor mereka digeser oleh pengobatan Cina. Apalagi sejak nama Mak Erot dikenal. Itu adalah kisah sekelumit tentang obat kuat Cina yang sempat merajai dunia obat keperkasaan.
Artikel Menarik Lainnya: https://nyantri.republika.co.id/posts/210775/mau-ada-gerhana-matahari-langka-2023-ini-tata-cara-shalat-gerhana-matahari