Pasukan Belanda Pernah Dibuat Ciut Oleh Nyi Mas Melati, Singa Betina dari Tangerang
NYANTRI--Pada masa penjajahan, banyak pejuang di pelosok nusantara yang gugur dalam rangka meraih kemerdekaan. Pejuang-pejuang tersebut berasal dari berbagai profesi, jenis kelamin dan tak kenal batasan umur.
Nyi Mas Melati satu di antara pejuang perempuan Tangerang yang gigih melawan penjajah Belanda. Ia adalah anak dari Raden Kabal yang juga sangat menentang penjajah Belanda. Nyi Mas Melati masih keturunan dari Sultan Hasanuddin Banten ke-18.
Kegigihan Nyi Mas Melati tak lepas dari perjuangan ayahnya yang juga menentang penjajah. Hal tersebut membuat energi Nyi Mas Melati dalam melawan Belanda saat itu sangat besar. Kebencian ayah Nyi Mas Melati tak lepas dari Belanda yang membentuk kelompok “Tuan Tanah” tahun 1918.
Ketika itu, Tangerang dikuasi oleh tuan tanah dan mendapatkan dukungan dari Belanda. Namun, di sisi lain justru banyak rakyat Tangerang lainnya yang hidupnya menderita karena dikuasi oleh tuan tanah dan Belanda.
Tak banyak pribumi yang memiliki tanah pribadi waktu itu karena hampir semua dikuasai oleh tuan tanah. Saat itu juga terkenal sebutan tanah partikelir yaitu tanah dalam tanah paksa. Pada tahun 1921-1930 terdapat sejumlah tanah partikelir di antaranya di Distrik Blaradja, yakni Blaradja, Boeniajoe, Tigaraksa, Tjikoeja, Karangserang, Pasilian, Djenggati, Tjakoeng.
Baca Juga: Nyi Hj. Madichah, Aktivis Keagamaan Cilegon
Di Distrik Tangerang tanah partikelir di antaranya Tjikokol, Panunggangan, Pondok Djagoeng, Paroengkoeda, Batoe Tjeper, dan Tanah Kodja. Selain itu ada juga di Distrik Maoek antara lain Kramat Pakoeadji, Sepatan, Teloeknaga, Ketapang Maoek, Rawakidang, Kampoeng Malajoe, Pekadjangan, Tegalangoes, Bodjong Renget dan Ketos.