Cerita Lucu Ulil Abshar Abdallah Kenal Pertama Kali Kitab Hikam
NYANTRI--Seorang santri yang hidup di lingkungan Pondok Pesantren, apalagi kental dengan kajian kitab kuning klasik, maka tidak akan asing dengan kitab Hikam karya Ibnu Athaillah as-Sakandary. Kitab yang tertulis di dalamnya sekitar 200 aforisme terkait tasawwuf. Kalimat-kalimat yang disampaikan oleh Hikam mampu menyihir pembacanya tentang kenikmatan hidup, kesemangatan hidup, ketuhanan, dan lain sebagainya.
Begitu juga dengan KH. Ulil Abshar Abdalla, seorang cendikiawan muslin NU yang dulunya aktif di Jaringan Islam Liberal (JIL). Saat ini ia berkecipung di dunia organisasi sebagai pengurus Lakpesdam NU. Selain itu beliau mengampu kajian kitab tasawuf di media sosial pribadinya. Ribuan orang ikut mengaji kepada beliau melalui online (santri online). Ia juga aktif menulis di media online, seputar tulisan-tulisan refleksi dan tasawwuf. Salah satu tulisan yang sekarang sudah dikliping dan dicetak adalah buku syarah, penafsiran, atau penjelasan terkait kitab Hikam. Ya. Sekitar 50 aforisme Ibnu Athaillah as-Sakandari diberi syarah oleh beliau dengan bahasa yang ringan dan mudah dimengerti. Padahal, kitab Hikam terkenal mempunyai kosakata dan susunan kalimat yang sulit dimengerti karena terlalu banyak majas atau bahasa puitis.
Ada cerita lucu ketika Gus Ulil, panggilan akrabnya, mengenal pertama kalinya Kitab Hikam. Dulu, ketika masih dalam pengawasan orang tuanya. Gus Ulil ditekan untuk belajar secara intensif selesai maghrib sampai adzan Isya. Setelah salat isya harus ia harus belajar sampai jam 9 malam.