Sejarah

KH Hasyim Asy'ari, NU dan Palestina

KH Hasyim Asy'Ari

NYANTRI,REPUBLIKA.CO.ID--Palestina terus berjuang memperoleh kemerdekaanya secara utuh. Zionis Israel terus berusaha merebut tanah Palestina hingga saat ini. Dan kini perang terjadi antara pasukan Hamas dan zionis Israel.

Indonesia adalah negara yang konsisten mendukung kemerdekaan Palestina. Banyak ulama-ulama Indonesia terus berjuang menyuarakan kemerdekaan Palestina. Nahdlatul Ulama (NU) salah satu Ormas Islam yang konsisten mendukung kemerdekaan Palestina. Semangat memerangi penjajah KH Hasyim Asy'ari menjadi pegangan NU terus membela Palestina.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Kiprah Kiai Hasyim Asy’ari dalam agama sudah tidak diragukan lagi, beliau adalah guru para ulama di Indonesia. Beliau adalah sosok yang ‘alim ‘allamah. Maka tidak heran jika karena kealimannya, Mbah Khalil Bangkalan, yang mana adalah guru Mbah Hasyim sendiri, ikut belajar kepadanya.

Baca Juga: Shalawat Munjiyat Lengkap dengan Teks Arab, Latin dan Artinya

Mbah Hasyim lahir di Gedang pada Selasa 27 Dzul Qa’dah 1287 atau 14 Februari 1871 dan wafat di Jombang pada 7 Ramadlan 1366 H atau 25 Juli 1947 karena terkena tekanan darah tinggi. (lihat Baso, Sunyoto, Mumazziq, 2017)

Kiprah Mbah Hasyim tidak hanya dalam pesantren, ia juga mempunyai peran yang penting dalam kemerdekaan Indonesia. Beliau mengawal Indonesia sampai merdeka. Salah satu gerakan yang terkenal adalah resolusi jihad yang terjadi pada 21-22 Oktober 1945. Peristiwa tersebut merupakan perlawanan santri terhadap kolonial. Resolusi ini berangkat dari fatwa yang dikomandoi oleh Mbah Hasyim. Selain peristiwa tersebut banyak orang yang tidak mengetahui bagaimana peran penting Mbah Hasyim dalam memerdekakan Indonesia. Hanya orang tertentu seperti orang pesantren saja yang mengetahuinya. Sementara orang umum tidak mengetahui andil beliau. Ada pengaruh pemerintahan di masa tertentu yang mencoba memarginalkan sejarah santri dan pesantren dalam membangun negara ini.

KH. Hasyim Asy’ari dalam karirnya tidak secara gamblang sebagai tokoh politik, beliau dikenal sebagai ulama. Tidak seperti Soekarno yang mendirikan Partai Nasional Indonesia sekaligus menjadi Presiden, Cokroaminoto dan Agus Salim sebagai Pemimpin Syarikat Islam yang fokus dalam isu-isu politik serta bergerak secara terbuka bertahun-tahun untuk kemerdekaan Indonesia. Aktifis politik KH. Hasyim Asy’Ari bersifat low profile sampai akhir hayatnya.

Baca Juga: Doa Meredam Amarah agar Peristiwa Pembunuhan Anak Jagakarsa tak Terulang

Paling tidak penulis jabarkan beberapa perjuangan KH. Hasyim Asy’ari dalam membela kemerdekaan Indonesia.

Perlawanan terhadap Belanda

KH. Hasyim Asy’ari merupakan perwakilan tokoh Islam yang memberontak terhadap kolonila Belanda. Beliau beralasan pada penderitaan yang dialami bangsa Indonesia dan pengekangan terhadap umat Islam untuk menjalankan ritual keagamaan. Hal ini dicatat sebagai jihad kebangsaan. Pada tahun 1913, intelijen Belanda membuat sebuah modus licik dengan cara mengirim seorang pencuri ke Tebuireng. Namun para santri menangkap pencuri tersebut dan memukulinya hingga tewas. Pengertian jihad dikenal sejak Kerajaan Mataram dan Banten jatuh ke tangan Belanda. Masyarakat Islam mengenalnya lewat kajian-kajian di masjid, yang mana umat Islam harus membela diri jika terdapat ancaman perang dari orang kafir.

Belanda tidak pernah diam dengan tindakan perlawanan KH. Hasyim Asy’ari dalam menggerakkan masayarakat melawan Belanda, sehingga beliau mengalami penindasan dan diawasi gerak-geriknya dalam bersosial. Belanda pernah mengirim tentaranya dengan jumlah besar untuk menghancurkan fasilitas pesantren, Bahkan kitab-kitabnya dibakar. Perlakuan Belanda terhadap Mbah Hasyim ini berlangsung sampai tahun 1940-an. Namun Mbah Hasyim tidak pernah surut semangatnya, ia membangun kembali pesantrennya dan terus bersikap tegas terhadap Belanda.

Baca Juga: Kepala Kemenag Sumenep Ingin Tingkatkan Kesejahteraan Masjid

Mbah Hasyim pernah menjabat sebagai Ketua Federasi Organisasi Organisasi Islam, MIAI (Majlis Islam A’la Indonesia) pada akhir 1930-an. Beliau berperan dalam menggabungkan MIAI dengan gerakan nasionalis lain yang menghasilkan federasi politik GAPI (Gabungan Politik Indonesia). Gabungan gerakan tersebut menuntut Belanda untuk perwakilan rakyat yang representatif (Indonesia Berparlemen). Beliau juga pernah melarang masyarakat Indonesia untuk mendonorkan darahnya untuk kepentingan militer Belanda.

Mbah Hasyim adalah pembentuk barisan anak muda untuk dilatih kemiliteran, yang mana mereka dilatih dalam mengoperasikan senjata dengan metode baru. Latihan tersebut dilakukan dalam mempersiapkan perebutan kemerdekaan. Dengan itu, lahirlah laskar-laskar. Pertama, lahir Laskar Hisbullah, mereka mempunyai selogan “Ala inna hizballahi humul ghalibun”. Yang kedua adalah Laskar Sabilillah, Mereka adalah para Kiai, lelaki dan wanita. Mereka mempunyai semboyan. “wa man yujahid fi sabilillah”. Kemudian yang ketiga adalah Laskar Mujahid, mereka adalah pasukan yang tidak takut mati dengan semobayan “walladzina jahadu fina lanahdiyannhum subulana.”

Baca Juga: Erick Thohir Jadi Ketua Lakpesdam NU, Ini Sejarah Singkat Berdirinya Lakpesdam?

Saat Belanda yang membonceng sekutu (NICA) ingin menguasai kembali Indonesia yang saat itu sudah merdeka, semangat Jihad memuncak. Gerakan kemerdekaan digalakkan oleh banyak kalangan, khususnya umat Islam melalui pemberdayaan para ulama di seluruh Indonesia, khususnya Jawa Madura. Kiprah Mbah Hasyim penting sekali saat ini melalaui keputusan Resolusi Jihad pada tanggal 21-22 Oktober 1945 dengan mengumpulkan ulama dan Kiai NU di berbagai wilayah, khususnya Jawa Madura. Tidak hanya itu menjelasng pertempuran 10 November 1945, Bun Tomo sebagai penggerak perjuangan di Surabaya, ia sowan kepada Mbah Hasyim dan izin untuk membacakan pidatonya sebagai manifestasi dari resolusi jihad yang pernah dilakukan sebelumnya.

Perlawanan terhadap Jepang

Kiprah KH. Hasyim Asy’ari dalam memperjuangkan kemerdekaan melawan Jepang. Jepang sendiri pernah berkuasa dengan memobolisasi masyarakat Jawa. Mbah Hasyim menolak kebijakan Jepang. Beliau juga menolak perintah Jepang untuk melakukan Seikerei, yaitu melakukan penghormatan setiap pukul 07.00 ke arah Tokyo sebagai simbol penghormatan kepada kaisar Hirohito. Hal ini berlandaskan kepada larangan menyembah terhadap selain Allah Swt. Akibatnya Mbah Hasyim serta sejumlah putra dan sahabatnya diringkus ke penjara. Pelarangan untuk melakukan Seikerei itu juga diperintahkan kepada seluruh umat Islam, maka hal itu mengundang kericuhan dan pertentangan di antara umat Islam, khususnya NU. Maka Agustus 1942, Mbah Hasyim dibebaskan oleh Jepang.

Baca Juga: Ini Doa Sebelum dan Sesudah Tidur

Peran selanjutnya diganti oleh putranya bernama KH. Wachid Hasyim yang dibantu oleh KH. Wahab Chasbullah. Mereka melakukan diplomasi terhadap pemerintahan Jepang dengan piawai dan ulung. Ia melakukan lobi agar Mbah Hasyim dibebaskan. Mereka mencoba menjelaskan bahwa seikerei adalah praktek yang bertentangan terhadap akidah.

Demikian sikap tegas Mbah Hasyum di masa penjajahan Jepang yang sangat bengis dan kejam. Jepang. Ketokohan Mbah Hasyim tidak hanya diakui oleh umat islam dari kelompoknya, akan tetapi juga dari kelompok Islam lain yang sebelumnya berbeda ideologi.